Sunday, November 18, 2012

Being a Writer.....

Good evening!! Long weekend has finally reached the end! Here it is, one short story to close our beloved long weekend! Please enjoy ;)

**

"Dari ribuan kesenangan dan kebanggaanku menjadi seorang penulis, hanya satu hal yang membuatku menyesal: jiwaku begitu mudah tersentuh, terlalu peka. Hati ini terlalu mudah hancur, terlalu rapuh untuk menampung kesedihan dan kecewa yang teramat sangat. Mengapa seorang penulis harus sepeka ini?

Benar, berkat itulah tulisanku seolah memiliki jiwa. Benar, berkat itulah tulisanku mampu menggugah hati pembaca. Benar, berkat itulah kini semua orang mengenalku sebagai penulis. Benar, berkat itulah semua orang menyadari keberadaanku. Namun, apakah mereka memahami apa yang aku rasakan? Tahukah mereka apa yang ada di balik kisah-kisah yang kutorehkan, yang mampu merasuki jiwa mereka? Tahukah mereka jika terkadang aku melarikan jemariku sambil berurai air mata? Sadarkah mereka betapa jarangnya aku mengabadikan kisah yang berakhir bahagia?

Buah pikiranku semua datang dari apa yang kurasakan. Saat seorang bocah yang menangis sendu karena kehilangan ibunya di usia semuda itu, mataku lekat memandangnya dan kesedihan itu terserap masuk dalam jiwaku. Saat seorang wanita berdiri di pinggir jembatan sambil menatap laut yang berada jauh di bawahnya dengan tatapan hampa, kurasakan kesedihan dan keputus asaannya mengalir ke dalam diriku. Usaha apapun yang kulakukan untuk menghalangi perasaan itu masuk ke dalam hatiku tak pernah berhasil.

Aku selalu merasa takut. Bagaimana jika tak seorang pun yang mampu mengerti aku? Bagaimana jika kelak yang berada di sekitarku pun akan menjauh? Gadis cengeng dan perasa sepertiku pasti membuat mereka kesal. Begitulah pikirku....

Karena itu saat ini aku sangat bersyukur memiliki dirinya di sampingku. Ya, belahan jiwaku.

Pemuda itu, ia mengulurkan tangannya dan menawarkan kehangatannya untuk dibagikan padaku. Ia tak pernah mengeluhkan jemariku yang selalu gatal ingin membagikan kisah tentangnya pada dunia. Namun ia tak pernah alpa mengingatkanku jika aku melakukan hal yang salah dan menyinggungnya tanpa sengaja. Ia selalu mengerti, beginilah aku, seperti inilah aku menjalani hidupku. Jiwa ini layaknya kertas basah. Jika salah menyentuhnya, ia akan terluka. Aku selalu kagum dengan caranya merangkulku ke dalam dunianya. Dialah kini seluruh jagat rayaku.

Semenjak dirinya hadir dalam lembaran hidupku, kisah yang berakhir dengan tangis sudah jarang tertuang. Aku selalu berusaha membagikan kebahagiaan yang kurasakan saat bersama dirinya kepada semua orang. Begitulah seharusnya. Pendam kesedihanmu pada orang yang kau cintai, bagilah kebahagiaanmu bersama orang yang kau cintai pada dunia...."

[THE END]

Saturday, November 17, 2012

My Old Speech (embarassing)

Good evening, everyone! How's your day? Is it great? Nice? Or could it be bad? Just forget all the bad memories and smile ;) Tomorrow will be better than today, right?

Hmm.... Cerita soal apalagi ya? Oh iya! Aku barusan bongkar-bongkar file hasil tulisanku yang--tumben-tumbennya--pake bahasa Inggris. Temanya soal hidup dan tipenya itu buat pidato. Hari ini aku share itu aja ya :D

**


I will talk about 'LIFE'.

Let's begin it with, what's the meaning of life? What do you think about life? For me, life is a miracle. life is so meaningful. Life is something that I through everyday, everytime. Life is where I can find out who I am. Shortly, life is our journey that we have to take untill the end of time.

As you all know, we life here on earth. There are so many people living here and doing the daily thing as they life. work, school, play, hang-out, and more. Doing so many things and make it as a 'have-to-do-things-everyday' in their head. Yeah, we all people living for doing things that we loved to do, or some things that we HAVE to do.

But, do you think everybody in this world live happily like that? Nope. Of course not. In our life, there are many problems. Some of the problems are easy to solve and not disturbing our live that much. But for some people, a little matter that they can't solve will affect their live. They will think and try to solve the problems everyday without asking another's help. They waste their precious time that can be used to do positive thing only for thinking about 'how to solve my problem?'

I myself have my own problems, y'know? Sometimes I really focused on solving that and wasting my time. But there will always a way out if you try to find it. All problems have the way-out that we have to search. Of course we need time 'till it show itself. While searching for the way-out, you have to focus on your life too. Try to do your daily schedule with your best. And when you have spare time, used it wisely. Maybe you want to try to find a way-out for your problem, or you can just relaxing and enjoyed the time 'cuz you still have so many things to do.

Hey, never ever say that your life is worthless, guys. No life is too worthless to pass and no life is so bright to be dreamed of. You just have to find the right way and your life won't be that bad. You've been given life. All that left to do is do it with your own way. Fill it with as many good things as you like. Remember this, you don't have to be the best. You just have to try your best. Life is not that simple, but it's not that complicated either. If you really try, you'll always find the right thing. Helping each other and remember to live your life too.

In the end, no matter how hard your life is, never give up. Survive 'till the end. Then you'll find the real meaning of life.

**

Sebenernya agak malu sih memperlihatkan ini pada kalian ==" Bahasa Inggrisku masih acak-acakan karena disusun dengan grammar pas-pasan dan didukung oleh vocab yang dikit :') Yah, yang penting aku sudah pernah berusaha bikin pidato, iya kan?

Malam ini cukup dulu deh. Aku mau lanjutin bikin tugas dulu yaaa? Mata ashita, minnasan~

Saturday, November 10, 2012

Ingatan...

Yahooo~ こんばんわ、みんなさ~ん

Malam ini enaknya posting apalagi ya? Cerita imajinasi lagi? Cerita soal aku? Apa hayoo?? ^^

Tadi pas aku lagi bongkar-bongkar isi harddisk, aku menemukan aplikasi yang pernah aku buat waktu PKL di SMK (omong-omong, aku dulu di SMK jurusan IT RPL, loh :3). Dan seketika memori sewaktu SMK mengalir deras. Pas pertama kali kenal sahabat-sahabatku, ketemu sama para otaku dan raja otaku(yay!), ketemu guru yang asyik, sampai memori-memori saat kami mengerjakan projek bareng-bareng, nginap di sekolah dengan agenda nonton anime tengah malam, tidur di ruang super dingin tanpa selimut, main game bareng (untunglah guruku seorang otaku dan gamer juga), sarapan bareng, dan baaaaanyak lagi!

Aku inget banget, meskipun banyak masalah dan konflik aneh, kami semua selalu berhasil tersenyum lagi. Gampang kok. Kalau pulang sekolah, kami sering jalan-jalan bareng. Kadang nongkrong di Kapece, di PizzaHut, sampai kadang main ke BSC pun pernah kami lakukan bareng :D Dan karena kami rame--sembilan orang--kalau jalan bareng udah kayak geng motor deh *ngakak* Ntar sampe di rumah udah jam 5-an aja. Makannya bentar sih, ngobrolnya yang lama. Sahabatku itu rame banget! =D

Ah, mengenang masa-masa itu membuatku ingin kembali saja bersama mereka. Dan gara-gara itu juga ingatan masa SMPku ikut-ikutan terbuka lebar TT^TT Nahloh! Tanggung jawab! Siapa tadi yang nyuruh-nyuruh aku cerita, hayo?

Hehehe.... Intinya, ingatan baik bersama sahabat itu nggak akan lekang oleh waktu dan pudar oleh ingatan baru lainnya. Karena ingatan yang berharga itu telah disimpan di suatu tempat lain yang istimewa ;)

Okeh, sip! Kapan-kapan aku cerita lagi deh soal aku. Buat sekarang.... Ja nee~

Thursday, November 8, 2012

Me and my cousins =="

Konbanwa, minna~ ^^

Yah, malam sudah makin menanjak tinggi ya? Tapi di saat seperti inilah kepalaku berisi ide-ide yang sayang banget kalo dibiarkan :3 Makanya aku mau nulis satu cerita dulu sebelum tidur >///<

Selamat menikmati ;)

**

*[from UtaPri] :3*

Aku duduk di depan ruang kedatangan di bandara sendirian, di tengah panasnya cuaca kotaku ini, menunggu sepupuku memunculkan dirinya dari balik pintu bening itu. Asal kalian tahu saja, aku melakukannya murni terpaksa. Kalau bukan karena nenek yang ngotot menyuruhku menjemputnya, aku NGGAK bakal pernah merelakan diri duduk membodoh bersama beberapa orang yang tak kukenal sendirian.

Orang-orang di sekitarku mulai beranjak pergi. Wah, kayaknya pesawatnya udah nyampe, nih. Nggak perlu kan aku berdiri sambil bawa-bawa papan nama kayak penjemput lainnya? =="

Beberapa menit kemudian, pintu kedatangan terbuka. Mungkin karena ini pesawatnya orang elit kali ya, nggak banyak penumpang yang keluar dari situ. Kebanyakan sih om-om berjas rapi sambil nenteng koper kecil. Tapi aku nggak melihat sepupu--

"Kyaaa!!!"

"Hei, siapa mereka? Tampan sekali~"

"Eeeh? Jangan-jangan mereka artis yang itu ya?"

"Serius?! Eh, benar! Itu mereka! Ren-sama! Tokiya-sama!"

Oke, that's the cue. Mereka sudah keluar dan sekarang panik karena tiba-tiba dikerumuni manusia berjenis kelamin cewek yang heboh meneriakkan nama mereka. Astaga! Benar-benar deh mereka ini! Ini nih yang bikin aku malas jemput mereka kalau datang berkunjung ke tempatku. Tanpa berfikir lagi, kudatangi mereka berdua dengan wajah kesal. "Kalian!" seruku.

Ren dan Tokiya serentak menoleh padaku, diikuti oleh pandangan dari cewek-cewek tadi. "Kalian! Nggak bisa ya datang dengan cara yang biasa?! Ngerepotin aja!"

Bisik-bisik terdengar dari kerumunan cewek. 'Siapa dia?', 'Berani sekali dia', 'Apa-apan cewek itu?', adalah kalimat yang tertangkap telingaku, tapi kuacuhkan saja. Ren mendekatiku dan meraih tangan kiriku lalu mengecupnya. "Maaf, ini adalah cara terbaik untuk menemui my princess. Kau tidak suka?"

"Ren, berhentilah bersikap seperti itu di depan umum. Dan maaf, Tiana. Aku sudah memperingatkan si casanova ini, tapi dia sama sekali tidak mendengarkan," ujar Tokiya, merasa bersalah.

"Icchi! Kau tahu sendiri aku tidak bisa menjadi biasa-biasa saja! Kita tidak bisa jadi biasa-biasa saja!"

Melihat aura kesal mulai menguar dari kedua cowok itu, aku bergerak cepat. "Sudahlah! Berhenti merepotkanku dan cepat bergerak! Aku nggak mau sampai terjadi masalah disini gara-gara kalian!"

Ren dan Tokiya saling pandang tak mengerti. "Masalah? Masalah seperti apa?" tanya Tokiya. Aku menelengkan kepala. "Seperti ini?"

Cewek-cewek melihatku dengan tatapan membunuh yang mengerikan. Salah seorang dari mereka nyaris berhasil menyambar tanganku kalau tak segera diselamatkan oleh Tokiya. "Baiklah, kita harus memikirkan cara untuk keluar dari sini."

"Apa yang kau bicarakan, Icchi? Kita terobos saja!"

Tokiya mengangguk setuju. "Tiana, pegang erat-erat ya?"

Sekitar 5 menit berikutnya, kami sudah duduk di dalam mobil sambil mengatur napas. Ren yang duduk di kursi kemudi menyandarkan dahinya di setir. "Hahaha, aku tidak menyangka akan seperti ini lagi," katanya sambil terkekeh pelan. Tokiya menghembuskan napas lega. "Untung saja kita semua selamat."

Aku telentang di kursi belakang sambil memejamkan mata. "Padahal sudah kuperingatkan supaya nggak datang dengan baju seperti itu!" Aku bangkit dan menunjuk mereka kesal. Masing-masing mereka menunduk, mengamati pakaian yang membungkus mereka. "Apa ada yang salah dengan bajuku, my princess?"

"Berhenti memanggilku seperti itu, Ren! Tentu saja salah! Kau harusnya tahu, baju tak berlenganmu itu.... Aksesorismu juga kebanyakan! Tokiya! Kan sudah kubilang kalau kaos hitammu yang itu bikin kamu jadi keren. Jadilah 'biasa saja'!!!!!"

Ren dan Tokiya saling pandang lalu tertawa keras. Aku mendengus kesal, sudah capek rasanya mau ngeladenin mereka lagi. Biar sajalah, toh aku nggak terluka. Ren menyalakan mesin mobil dan mulai melaju keluar dari area bandara.

FYI, kedua sepupuku itu memang memiliki kadar pheromone di atas rata-rata. Aku bisa membayangkan aura yang menguar dari mereka saat pintu tadi terbuka. Dan tentu saja aku bisa memahami reaksi cewek-cewek begitu terfokus pada mereka. Aku dulu juga pernah jadi korban pheromone machines itu. Tapi karena udah keseringan, pengaruhnya mulai berkurang dan akhirnya menghilang. *fyuh*

Ichinose Tokiya, sepupuku yang punya suara bagus banget. Aku juga pernah memergokinya sedang sibuk membaca script dan mempraktekkan dialog bagiannya di depan cermin. Di Jepang, negara asalnya, dia seorang penyanyi dan kadang ikut dalam drama bahkan film. Setahuku, fansclubnya juga sudah bertebaran di seluruh dunia. Aku sendiri bingung bagaimana bisa seluruh dunia kenal padanya. Tokiya juga punya senyum yang manis, tapi jarang dimunculkannya. Hah, menyebalkan!

Sepupuku yang satu lagi, Jinguji Ren, juga penyanyi. Tapi dia bukan aktor seperti Tokiya, melainkan model. Cowok bermuka playboy natural ini juga memiliki mental playboy sejati. Kadar pheromonenya sedikit di atas Tokiya. Dan cowok satu itu tahu banget kalau dia keren, tahu banget nggak ada satu cewek pun yang nggak takluk sama pesonanya--kecuali aku. Berlawanan dengan Tokiya, Ren mudah sekali menebar senyumnya kesana-kemari--yang justru lebih membuatku sebal. Senyumnya itu seperti magnet buat para cewek. Tentu saja aku segera jadi sasaran tatapan pembunuh dari para cewek itu (makasih banyak, Ren!).

Lampu lalu lintas berubah merah. Kedua cowok itu memandangiku geli. Aah, aku paham maksudnya. Mereka PASTI sengaja muncul seperti tadi. Dugaanku, Renlah yang mengetuai rencana ayo-kerjain-Tiana-dengan-datang-full-power-pheromone-machine-aktif. Sial! Berani sekali mereka!

Kalau kalian bilang betapa beruntungnya aku memiliki sepupu seperti mereka berdua, maka kalian SALAH BESAR! Tak ada yang lebih merepotkan dan menyebalkan dari memiliki sepupu seperti mereka. Apalagi kalau sepupumu itu kompak menjahilimu. Harus kuat batin dan fisik buat menerobos kerumunan cewek yang PASTI segera terbentuk setelah mereka muncul.

Percayalah padaku, jangan sekali-kali pergi ke tempat umum bersama mereka. Kalian bakal capek hati dan badan, deh! Please!!! Ada nggak sih yang mau tukeran tempat sama aku???!!!

[THE END]

Wednesday, November 7, 2012

Kebahagiaan Baca Novel :'D

Selamat malam, para pembaca sekalian :)

Setelah banyaknya UTS yang gagal terlaksana--yesss!!!!--aku jadi bisa mencicil baca novelnya~~~ :'D Nggak kebayang sesenang apa aku tadi pas dikasi info dosen matkul terakhir nggak datang *lompatlompat*

Dengan bahagianya, aku baru saja menamatkan satu judul, "Tabir Nalar", yang sejak awal beli udah pingin dibaca aja rasanya. Sayang sekali penghalang bernama UTS setia ngekor di belakangku dan menggagalkan rencana *sigh*

Namun akhirnya! Akhirnya aku berhasil membacanya, sodara-sodara sekalian! TT^TT Nggak tanggung-tanggung, aku baca dari awal sampai tamat! Banzai! >///< Gosh, ceritanya bagus banget! Sangat-sangat aku rekomendasikan buat dibaca!

Dengan demikian, tersisalah "Hailstorm" dan "Samantha's Promise" dan "Let Go" buat dibaca. Untung saja manga sudah habis kulahap duluan *fyuh*

Naah, yang kayak gini nih yang bikin aku suka banget baca novel. Pas ketemu novel yang ceritanya oke banget, girangnya tiada tara. Kalau aku sih mungkin bisa sampe lompat-lompat keliling kamar sambil berteriak tertahan, 'Ceritanya bagus! Aku suka karakternya~ Dia ganteng~ Hwaaaa~~~~'. Begitulah... Rasanya nggak nyesel udah narik novel itu dari raknya dan ngeluarin duit buat beli dia. Puas, puas, puaaaaaas!!!!!

I love reading so much!!!!! >////< It took my fantasy far away this world!!! Reading makes my world shines brigther~ *dance*

How about you? Have you read today? Share your thought before it expires inside your head ;)

Monday, November 5, 2012

Curhat :3


Para pembaca sekaliaaaaaan~ Aku mau berbagi kebahagiaan malam ini <3

Kemarin aku diberi kejutan: cowok itu kembali muncul dihadapanku. Wajahnya tak berubah banyak dalam 7 tahun yang berlalu begitu saja ini. Ia tetap mempesona, aku tetap terpana dan menangis haru melihat wajahnya. Ya, benar... Wajah itu... Wajah tampannya yang menyiratkan kesedihan. Meski benci, aku tahu bukan aku yang bisa meringankan kesedihan itu.... Hanya Erza.... Erzalah yang paling mengerti dirinya. Aku hanya bisa memandangi mereka berdua dari jauh.

Dan cowok itu adalah JELLAL, cintaku di Fairy Tail *blush* Dan gara-gara pertemuan tak terduga itu, cintaku pada Jellal makin menjadi-jadi saja <3 Saat kupikir waktu 7 tahun di penjara akan mengubahnya, ternyata ia berhasil kabur dari sana :'D Dan dia tambah GANTEEENG deh! Bayangin! Hampir 40 episode dia absen dari Fairy Tail dan tiba-tiba dia muncul lagi! Padahal kupikir tak akan bisa bertemu dia lagi pas dia masuk penjara. Uuh... Jellal~ <3 *penulis sedang dalam mode gila* *mohon pengertiannya :'D*

Oia, waktu aku perhatiin openingnya, kok kayak ada yang kenaaaal gitu. Eeh, nggak taunya itu MYSTOGAN! *blush* And that means..... Somewhere sometimes, he's going to appear! Mungkin dia bakal jadi salah satu peserta... Atau mungkin dia jadi penontonnya.... Atau, atau... Uuh... Atau!!! TT^TT Aaah, Mystogaaaaaan~ =3=

Hah! Leganya kalau sudah menulis begini :'D Rada nggak puas sih karena Jellal cuma muncul bentar doang. Yaah, masih ada Gray, sih, sebenernya. Tapi aku kangen aja sama Jellal yang udah lama nggak beredar di Fairy Tail. Si Loki juga. Ada sih muncul, tapi bentaaaar banget! =3= Kesel abis, kesel abis, kesel abis!

Baiklah, karena sepertinya kebahagiaanku hari ini hanya itu saja, aku pamit undur diri dulu ya? Lain waktu aku coba deh nulis cerita yang nggak galau dan mellow dan gloomy.... Aku harus memperbanyak stok anime, lagu, buku, dan film romantis-komedi. AAAAAAH!!! BUKU!!!! Aku lupa cerita kalau kemaren kemarennya lagi aku pergi ke toko buku *lompat* Meski dompet langsung tipis begitu membayar, tapi aku puas :'D Shonen Star yang bertumpuk, novel yang bertumpuk, dan tumpukan duitku yang berpindah ke mesin kasir toko bukunya TT^TT Dan karena aku--masih sempat-sempatnya--mikirin UTS dan tugas-tugas tak tahu diri yang tak pernah berhenti datang menggangguku, aku baru bisa menyelesaikan utuh 1 novel doang! Novel yang paling ingin kubaca malah tak tersentuh sama sekali (megang doang sih, sama liat-liatin ilustrasinya yang mantab banget!).

Sekali lagi--kali ini bener--baiklah, karena sepertinya kebahagiaanku sudah kutulis semua--semoga bener udah semua--aku mau pamit undur diri dulu dari dunia maya. Kalau UTS dan tugas sudah bisa dihindari--meskipun aku yakin akan langsung memfokuskan diri pada novel-novelku tercinta yang belum tersentuh--aku akan main ke sini lagi buat berbagi cerita dengan pada pembacaku sekalian :)

Terima kasih atas perhatiannya! Ja nee~

Sunday, November 4, 2012

愛。Love. Amor. Cinta.

Sepertinya bahasan tentang cinta itu tak ada habis-habisnya. Kalau ada mata kuliah tentang cinta, sudah pasti banyak yang mengulang di semester berikutnya. Haha, siapapun yang bilang cinta itu mudah dipahami pasti tidak mengerti arti cinta yang sebenarnya.

Bukannya aku mau sok tahu dan menggurui kalian soal cinta. Aku hanya kasihan pada kalian. Kulihat banyak sekali orang yang stres gara-gara jatuh cinta, meski nggak sedikit juga yang berbunga-bunga karenanya. Tapi tetap saja, buatku cinta itu bukan hal yang harus kucari. Tidak penting.

Abangku--yang menunjuk dirinya sendiri sebagai ahli cinta--sering memberiku wejangan soal cinta. Katanya, cinta memang nggak dicari. Cinta itu memilih. Dia akan datang jika ia merasa orang itu bisa menampungnya. Dan menurutnya, aku telah memutuskan awal yang tepat untuk perjalanan cintaku. Hah, percaya saja semua kata-katanya dan aku akan tersesat.

Abang juga berkata bahwa cinta itu tidak menyuruh kita memilih antara dua pilihan atau lebih. Cinta selalu memberikan solusi terbaik tanpa mengorbankan kebahagiaan. Cinta itu mirip bahan-bahan kimia di laboratorium. Salah sedikit saja takaran dan campurannya, maka ia akan meledak. Aku tidak percaya padanya. Bisa-bisanya seorang jomblo kayak dia mengajari soal cinta padaku? Apanya yang ahli cinta?

Bagiku, hal bernama 'cinta' sudah musnah dari dunia ini. Aku tidak mengerti dengan mereka yang selalu sibuk mencari cinta, cinta, dan cinta! Kalian harus mengerti sakitnya sebelum berani mengucapkan kata itu. That word, that cursed word I hope wouldn't hear for the second time.

Cinta itu sakit. Cinta itu hanya berisi kesedihan. Cinta itu membuat lubang menganga selebar-lebarnya di hatimu saat ia pergi. Sebesar apa cinta yang pernah kau buat, sebesar itu pulalah lukamu. Abangku selalu menceritakan cinta dari sudut pandangnya yang selalu positif terhadap cinta. Dia tidak pernah memberitahuku bahwa cinta itu gelap dan menyakitkan. Tidak ada yang memperingatkanku bahwa cinta bisa menarik jiwamu pergi seolah mati.

Pernah sekali, entah apa yang merasukiku hingga aku melompat kedalam lubang mengerikan itu. Awalnya aku sama seperti kalian, berbunga-bunga dan bahagia dihampiri oleh cinta. Setiap hariku terasa begitu berbeda, begitu berwarna. Lelaki itu begitu mempesonaku, ia selalu membuatku layaknya ratu penguasa hatinya. Ia begitu baik, perhatian, dan sangat mempercayaiku. Aku pun memberikan hal yang sama padanya, malah mungkin lebih.

Aku sangat sangat mencintainya, hingga aku tak tahu lagi bagaimana cara menyampaikannya karena terlalu sering. Namun dia selalu saja berhasil membuatku senang dengan cara barunya sendiri. Hanya dengan sebuah senyum saja, duniaku akan bersinar lebih terang.

Saat kukira inilah perjalanan cintaku, dia pergi meninggalkanku. Karena mengatas namakan cinta, aku tak akan pernah bisa bertemu dengannya lagi selamanya. SELAMANYA! Semua karena cinta, cinta, cinta! Memuakkan! Kenapa aku harus jatuh cinta?!

Gara-gara cinta, dia ada bersamaku. Gara-gara cinta, dia merasa harus melindungiku. Gara-gara cinta, dia menggantikan tempatku di tengah jalan dan membiarkan dirinya dihantam oleh sedan hitam itu. Gara-gara cinta, aku kehilangan satu-satunya orang yang mampu mengubahku! Sekarang aku bertanya, apakah cinta mau bertanggung jawab atas semua penderitaan yang ditinggalkannya saat cinta tak lagi bersemayam di hatiku? TIDAK!

Mereka berkata aku terlalu dangkal menilai cinta. Mudah bagi mereka berkata seperti itu. Bukan mereka yang terluka. Bukan mereka yang merasakannya! Mereka tidak berhak menasehatiku tentang hal yang belum pernah mereka alami. Mereka mungkin akan sependapat denganku kalau mereka tahu rasanya.

Aku tak pernah membuka hatiku lagi pada cinta sejak hari itu. Jika cinta benar akan memilih, aku tahu dia akan datang suatu hari nanti. Meski ia harus berusaha sekuat tenaga menghancurkan benteng yang kubangun di sekitar hatiku. Jika cinta benar memilih.... Aku...

[THE END]

Saturday, November 3, 2012

a story.....

Harusnya aku tahu, selalu ada alasan mengapa manusia ada di dunia. Dan selalu ada alasan mengapa ada yang hidup sendiri dan ada pula yang hidup dalam keramaian. Aku kini sadar, sepenuhnya menyadari alasan aku sendirian.

Aku tak pernah bisa mengatur emosiku. Ya, hal seremeh apapun bisa menaikkan atau menurunkan emosiku secara drastis. Saat orang lain berbicara padaku, mereka harus bisa memilah kata-katanya dengan hati-hati. Mereka juga harus mempu membaca aura moodku yang tak pernah stabil ini. Menyadari betapa sulitnya bersosialisasi denganku, satu persatu dari mereka mundur perlahan. Hingga akhirnya tidak ada seorangpun yang berusaha mendekatiku lagi.

Terbiasa melakukan segala hal sendiri, aku tumbuh menjadi pribadi yang selalu berusaha tanpa bantuan orang lain. Di saat orang beramai-ramai membentuk kelompok dan segala macamnya, aku berdiri sendiri. Memecahkan masalahku, mengurusi diriku. Karena itulah aku canggung saat seseorang dipindahkan ke kamar asramaku. Pengurus asrama yang tahu kondisiku dan sengaja membiarkan aku memiliki kamar ini sendiri--meski kamar ini dibuat untuk dua orang--sekarang malah mengantarkan seorang bocah pendek berkacamata. Kuutarakan keberatanku pada Miss Dean.

"Tidak ada kamar kosong lagi di tempat ini. Kau tidak lihat keadaannya?" kata Miss Dean sambil merangkul bocah itu. Rambut panjangnya tergerai mengerikan hingga ke bagian wajahnya. Membayangkan bahwa aku harus sekamar dengan monster berkacamata ini tak urung membuatku merinding. "Tapi, Miss--"

"Aku tahu kondisimu, Cath. Tapi kau juga harus belajar memahami orang lain. Atau kau tak akan pernah bisa bersosialisasi selamanya."

Miss Dean pergi begitu saja meninggalkanku dengan bocah mengerikan itu. Ia mengangkat wajahnya dan menatapku tajam. "Jangan hiraukan aku. Kau urusi saja dirimu sendiri."

"Memang begitu niatku dari awal, bocah."

"Namaku Ling, jangan panggil aku bocah!"

Dan begitulah. Aku menjalani hari-hariku seperti biasanya. Tak sekalipun aku menghiraukan kehadiran bocah bernama Ling itu. Dia pun sepertinya tak ingin berurusan denganku. Bagus!

Hingga akhirnya beberapa bulan kemudian bocah itu jatuh sakit. Dokter bilang dia stres. Miss Dean menuduhku sebagai penyebabnya. Aku tidak terima. "Bocah itu sendiri yang bermasalah! Jangan tuduh aku sembarangan!"

Miss Dean menggeleng pelan. "Pasti kau mengeluarkan aura pembunuh setiap hari sampai gadis malang ini jatuh sakit. Sebegitu sulitkah menahan emosimu barang sedikit saja?"

Aku hanya diam, tidak berniat menyetujui atau menyangkal kata-kata Miss Dean. Kalau aku membiarkan diriku menyangkal, emosiku akan terbakar lagi. Dan aku paling tak ingin bertengkar dengan orang yang sudah kuanggap seperti ibuku sendiri. "Baiklah, Cath. Aku tidak akan berbicara lagi. Kuanggap kau paham."

Selangkah, dua langkah, tiga langkah.... Dan di langkah ke lima Miss Dean menjauh, aku ambruk ke lantai. Dunia seketika gelap gulita.

**

Miss Dean duduk menatapku khawatir saat aku akhirnya sadar. Ya, aku tahu, aku tahu. Aku selalu pingsan saat emosiku bergejolak terlalu tinggi. Mungkin inilah alasan lainnya orang malas berurusan denganku. "Kau sudah sadar, Cath?"

Aku mengangguk pelan. "Sudah berapa lama...?"

Miss Dean mendesah. "Ini rekormu yang terlama, seminggu. Tadinya kupikir kau tak akan pernah sadar lagi. Untunglah aku tak membawamu ke rumah sakit."

"Tidak! Terima kasih Anda tidak membawaku kesana. Aku tidak ingin tahu apa yang terjadi padaku!"

"Dasar bodoh. Kau tahu tidak ada masalah pada otak dan jantungmu?"

Suara menyebalkan itu membuatku menoleh. Benar saja! Bocah bernama Ling itu menatapku dari balik kacamatanya. "Hai, Cath."

"Tahu apa bocah sepertimu tentang kondisiku?"

"Oh, tentu saja semuanya. Kau pikir untuk apa aku memaksa Miss Dean menempatkanku di kamarmu? Sejak awal aku sudah tahu kau butuh bantuanku."

"Maksudmu?"

"Singkatnya, seseorang meminta bantuanku untuk menyembuhkanmu. Kau harus berterima kasih padaku."

"Siapa yang memintamu? Kenapa dia bisa tahu aku sakit?"

Bocah itu melompat duduk di pinggir ranjangku. "Dia penggemar beratmu. Kebetulan dia bisa melihat penyakit yang bersemayam dalam tubuh orang. Oh, dan harusnya kau berhenti memanggilku bocah. Aku lebih tua darimu, bocah."

"Jangan bilang kau sengaja pura-pura sakit supaya aku...."

"Oh, tentu saja. Aku tidak mungkin sakit hanya karena tinggal sekamar denganmu, Cath. Aku hanya ingin memastikan dugaanku saja. Kau tahu, ada penyumbatan di otakmu. Dan emosimu yang cepat naik itu benar-benar membantu mempercepat kematianmu."

"Ling!" Miss Dean memperingatkan. Tapi dia tak mempedulikannya. "Jujur saja, aku sendiri sudah menyerah. Semua terserah padamu, bocah."

Aku beranjak dari ranjang dan keluar dari asrama secepat yang aku bisa. Penyumbatan di otakku katanya? Hah, tak perlu berulang kali disebut pun aku sudah mengerti. Aku sudah tahu itu....

"Catherina, mau kemana?"

Awalnya kupikir itu tiang. Tinggi sekali! Tapi aku tidak bodoh untuk mengetahui tak ada tiang yang berwajah menenangkan sepertinya. Apakah dia si penggemar yang disebutkan oleh Ling? "Bukan urusanmu, orang asing. Urus saja masalahmu sendiri."

Tiang--maksudku, sosok itu berlari mendekatiku dan menahan pergelangan tanganku. "Kau sakit, jangan banyak bergerak."

"Jangan memperparah penderitaanku, orang asing. Enyahlah!"

"Dengar, Cath!" paksanya. "Bertahun-tahun aku hanya bisa memperhatikanmu dari jauh. Dan ketika aku berkesempatan mendekatimu, jembatan itu menghilang. Tambah lagi aku jadi melihat penyakitmu yang membuatku makin panik saja. Sekarang aku sendiri yang mendatangimu, karena itu percayalah padaku!"

"Jangan dengarkan Ling. Kau pasti bisa sembuh, Cath. Pasti! Aku tidak akan membiarkanmu mati, Catherina."

Kehangatan menyusupi dadaku. Ternyata inilah alasan selama ini aku dibiarkan sendirian. Agar hanya sosok pemuda inilah yang akan tertanam kuat dalam ingatanku selamanya....

[THE END]

:3