Konbanwa, minna~ ^^
Yah, malam sudah makin menanjak tinggi ya? Tapi di saat seperti inilah kepalaku berisi ide-ide yang sayang banget kalo dibiarkan :3 Makanya aku mau nulis satu cerita dulu sebelum tidur >///<
Selamat menikmati ;)
**
*[from UtaPri] :3*
Aku duduk di depan ruang kedatangan di bandara sendirian, di tengah panasnya cuaca kotaku ini, menunggu sepupuku memunculkan dirinya dari balik pintu bening itu. Asal kalian tahu saja, aku melakukannya murni terpaksa. Kalau bukan karena nenek yang ngotot menyuruhku menjemputnya, aku NGGAK bakal pernah merelakan diri duduk membodoh bersama beberapa orang yang tak kukenal sendirian.
Orang-orang di sekitarku mulai beranjak pergi. Wah, kayaknya pesawatnya udah nyampe, nih. Nggak perlu kan aku berdiri sambil bawa-bawa papan nama kayak penjemput lainnya? =="
Beberapa menit kemudian, pintu kedatangan terbuka. Mungkin karena ini pesawatnya orang elit kali ya, nggak banyak penumpang yang keluar dari situ. Kebanyakan sih om-om berjas rapi sambil nenteng koper kecil. Tapi aku nggak melihat sepupu--
"Kyaaa!!!"
"Hei, siapa mereka? Tampan sekali~"
"Eeeh? Jangan-jangan mereka artis yang itu ya?"
"Serius?! Eh, benar! Itu mereka! Ren-sama! Tokiya-sama!"
Oke, that's the cue. Mereka sudah keluar dan sekarang panik karena tiba-tiba dikerumuni manusia berjenis kelamin cewek yang heboh meneriakkan nama mereka. Astaga! Benar-benar deh mereka ini! Ini nih yang bikin aku malas jemput mereka kalau datang berkunjung ke tempatku. Tanpa berfikir lagi, kudatangi mereka berdua dengan wajah kesal. "Kalian!" seruku.
Ren dan Tokiya serentak menoleh padaku, diikuti oleh pandangan dari cewek-cewek tadi. "Kalian! Nggak bisa ya datang dengan cara yang biasa?! Ngerepotin aja!"
Bisik-bisik terdengar dari kerumunan cewek. 'Siapa dia?', 'Berani sekali dia', 'Apa-apan cewek itu?', adalah kalimat yang tertangkap telingaku, tapi kuacuhkan saja. Ren mendekatiku dan meraih tangan kiriku lalu mengecupnya. "Maaf, ini adalah cara terbaik untuk menemui my princess. Kau tidak suka?"
"Ren, berhentilah bersikap seperti itu di depan umum. Dan maaf, Tiana. Aku sudah memperingatkan si casanova ini, tapi dia sama sekali tidak mendengarkan," ujar Tokiya, merasa bersalah.
"Icchi! Kau tahu sendiri aku tidak bisa menjadi biasa-biasa saja! Kita tidak bisa jadi biasa-biasa saja!"
Melihat aura kesal mulai menguar dari kedua cowok itu, aku bergerak cepat. "Sudahlah! Berhenti merepotkanku dan cepat bergerak! Aku nggak mau sampai terjadi masalah disini gara-gara kalian!"
Ren dan Tokiya saling pandang tak mengerti. "Masalah? Masalah seperti apa?" tanya Tokiya. Aku menelengkan kepala. "Seperti ini?"
Cewek-cewek melihatku dengan tatapan membunuh yang mengerikan. Salah seorang dari mereka nyaris berhasil menyambar tanganku kalau tak segera diselamatkan oleh Tokiya. "Baiklah, kita harus memikirkan cara untuk keluar dari sini."
"Apa yang kau bicarakan, Icchi? Kita terobos saja!"
Tokiya mengangguk setuju. "Tiana, pegang erat-erat ya?"
Sekitar 5 menit berikutnya, kami sudah duduk di dalam mobil sambil mengatur napas. Ren yang duduk di kursi kemudi menyandarkan dahinya di setir. "Hahaha, aku tidak menyangka akan seperti ini lagi," katanya sambil terkekeh pelan. Tokiya menghembuskan napas lega. "Untung saja kita semua selamat."
Aku telentang di kursi belakang sambil memejamkan mata. "Padahal sudah kuperingatkan supaya nggak datang dengan baju seperti itu!" Aku bangkit dan menunjuk mereka kesal. Masing-masing mereka menunduk, mengamati pakaian yang membungkus mereka. "Apa ada yang salah dengan bajuku, my princess?"
"Berhenti memanggilku seperti itu, Ren! Tentu saja salah! Kau harusnya tahu, baju tak berlenganmu itu.... Aksesorismu juga kebanyakan! Tokiya! Kan sudah kubilang kalau kaos hitammu yang itu bikin kamu jadi keren. Jadilah 'biasa saja'!!!!!"
Ren dan Tokiya saling pandang lalu tertawa keras. Aku mendengus kesal, sudah capek rasanya mau ngeladenin mereka lagi. Biar sajalah, toh aku nggak terluka. Ren menyalakan mesin mobil dan mulai melaju keluar dari area bandara.
FYI, kedua sepupuku itu memang memiliki kadar pheromone di atas rata-rata. Aku bisa membayangkan aura yang menguar dari mereka saat pintu tadi terbuka. Dan tentu saja aku bisa memahami reaksi cewek-cewek begitu terfokus pada mereka. Aku dulu juga pernah jadi korban pheromone machines itu. Tapi karena udah keseringan, pengaruhnya mulai berkurang dan akhirnya menghilang. *fyuh*
Ichinose Tokiya, sepupuku yang punya suara bagus banget. Aku juga pernah memergokinya sedang sibuk membaca script dan mempraktekkan dialog bagiannya di depan cermin. Di Jepang, negara asalnya, dia seorang penyanyi dan kadang ikut dalam drama bahkan film. Setahuku, fansclubnya juga sudah bertebaran di seluruh dunia. Aku sendiri bingung bagaimana bisa seluruh dunia kenal padanya. Tokiya juga punya senyum yang manis, tapi jarang dimunculkannya. Hah, menyebalkan!
Sepupuku yang satu lagi, Jinguji Ren, juga penyanyi. Tapi dia bukan aktor seperti Tokiya, melainkan model. Cowok bermuka playboy natural ini juga memiliki mental playboy sejati. Kadar pheromonenya sedikit di atas Tokiya. Dan cowok satu itu tahu banget kalau dia keren, tahu banget nggak ada satu cewek pun yang nggak takluk sama pesonanya--kecuali aku. Berlawanan dengan Tokiya, Ren mudah sekali menebar senyumnya kesana-kemari--yang justru lebih membuatku sebal. Senyumnya itu seperti magnet buat para cewek. Tentu saja aku segera jadi sasaran tatapan pembunuh dari para cewek itu (makasih banyak, Ren!).
Lampu lalu lintas berubah merah. Kedua cowok itu memandangiku geli. Aah, aku paham maksudnya. Mereka PASTI sengaja muncul seperti tadi. Dugaanku, Renlah yang mengetuai rencana ayo-kerjain-Tiana-dengan-datang-full-power-pheromone-machine-aktif. Sial! Berani sekali mereka!
Kalau kalian bilang betapa beruntungnya aku memiliki sepupu seperti mereka berdua, maka kalian SALAH BESAR! Tak ada yang lebih merepotkan dan menyebalkan dari memiliki sepupu seperti mereka. Apalagi kalau sepupumu itu kompak menjahilimu. Harus kuat batin dan fisik buat menerobos kerumunan cewek yang PASTI segera terbentuk setelah mereka muncul.
Percayalah padaku, jangan sekali-kali pergi ke tempat umum bersama mereka. Kalian bakal capek hati dan badan, deh! Please!!! Ada nggak sih yang mau tukeran tempat sama aku???!!!
[THE END]
No comments:
Post a Comment