'Malam ini terlalu sepi. Aku memang suka keheningan, tapi ini sudah keterlaluan. Memang salahku yang masih juga terjaga di waktu selarut ini. Tapi mau bagaimana lagi? Mataku masih menolak tertutup, tubuhku seolah dipenuhi oleh energi, membuatku kesulitan jatuh tertidur.
Dalam keheningan itu, aku mencoba mencari suara. Tidak peduli meski suara sekecil apapun, asalkan aku tidak ditelan kegilaan malam yang hening ini. Kutajamkan pendengaran, menutup indra lainnya, mencari fokus pada suara malam.
Saat itulah aku menemukan sebuah suara. Awalnya terdengar jauh, namun lama-kelamaan mulai jelas. Ketika aku membuka mata, sesosok tubuh sudah berdiri di samping jendelaku yang terbuka. Padahal aku yakin sekali sudah menutup jendela itu sebelumnya. Ketika au berkedip, sosok itu sudah berpindah ke ujung tempat tidurku. Di tengah penerangan bulan yang remang, sepasang matanya bersinar kemerahan. Aku memang takut, namun entah mengapa sinar mata merah itu membuatku urung berteriak.
Sosok itu tak bergeming dari tempatnya. Aku yang hanya bisa membeku di balik selimut memperhatikan sosok itu sekali lagi. Samar-samar aku melihat benda seperti taring mencuat dari balik bibirnya yang setengah terbuka. Vampir? pikirku. Keraguan sempat datang, mengingat kisah mengenai makhluk pengisap darah itu hanya ada di dalam dongeng dan fiksi lainnya. Meskipun mereka benar ada, tidak mungkin salah satunya memilih muncul di hadapanku.
Mata yang bersinar kemerahan itu membiusku. Selagi tiap langkah kaki membawanya makin dekat padaku, pandanganku semakin terpaku padanya. Saat akhirnya ia mendudukkan diri di pinggir tempat tidur, otakku sudah tak mampu lagi berpikir.
"Apakah kau takut?" tanya sosok itu padaku. Tangannya memainkan rambutku yang menutupi leher. Aku memperhatikan wajahnya yang sekarang tampak jelas. Keindahan yang tak terlukiskan kata-kata. Auranya memancarkan hawa yang dingin, namun menggoda. Setiap kata-katanya yang keluar bagaikan aliran air yang menenangkan. Tidak mungkin dia vampir....
"Apakah kau takut?" tanya sosok itu lagi. Ia mendekatkan wajahnya padaku. Lagi-lagi pancaran mata merah itu seolah menyihirku. Aku tidak bisa bersuara. Bahkan untuk sekedar menggeleng pun aku tak mampu.
"Kalau begitu, izinkan aku mencicipi darahmu.... Aromanya.... begitu menggoda...."
Sosok itu menarikku ke dalam pelukannya. Entah mengapa aku bisa merasakan kehausannya akan darah. Darahku.
"Kau tidak akan menyesal, bukan?" bisiknya di telingaku. Kali ini aku berhasil mengangguk kecil. Aku merasa tidak dapat menolak satu pun kata-katanya. Tepat setelah itu, aku merasakan taring tajamnya membenam di leherku.
Sakit... Sakit.... Rasanya aku ingin berteriak seperti itu. Namun sepertinya seiring dengan darah yang diisap olehnya, tenagaku ikut menghilang. Aku meronta, tiba-tiba rasa takutku muncul dan aku panik, lalu mulai berteriak.
Sosok itu dengan cepat menutupi mulutku dengan tangannya yang besar. Taringnya menembus semakin dalam di leherku. Dengan jelas aku mendengar setiap teguk darah yang diambilnya. Kali ini aku berusaha membutanya berhenti dengan menarik rambut kelamnya sekuat yang aku bisa.
Ia menarik kepalanya dari leherku. Ekspresinya saat melihat wajahku terlihat begitu menderita meski aku tak tahu mengapa. "Maaf, sudah terlambat untuk menolak...," katanya pelan. Kemudian ia kembali meneruskan mengisap darahku.
Tenagaku rasanya sudah tak bersisa, pandanganku pun mulai kabur. Aku... aku akan mati...
**
Sosok itu akhirnya melepaskan taringnya dari gadis yang sudah memucat itu. Ia kembali meletakkan gadis itu di atas bantal dan menyelimutinya. Senyum tipisnya kembali memamerkan taring yang baru saja menyantap makanannya. Sosok itu membungkuk mencium kening gadis itu, lalu bangkit. Sedetik kemudian, bayangannya sudah tak terlihat lagi. Kembali menghilang dalam kegelapan malam yang hening....
**
Leira tersentak bangun dari tidurnya. Napasnya memburu, seolah baru saja dikejar oleh makhluk buas yang mengincar nyawanya. Gadis itu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan melompat ke depan cermin. Ia menyentuh lehernya.
Ada.... Bekas di mana taring itu menggigitnya masih tersisa... Leira terduduk lemas di depan cermin. Bayangan yang memantul di sana mulai menghilang.
Selamat datang di duniaku, My Vampire Princess....'
**
[THE END]
No comments:
Post a Comment