Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Tapi yang sudah duduk rapi di meja makan hanya aku, Tokiya, Jellal-nii, dan Ren--tentu saja Tsukimori Ren. Sisanya, yah... sepertinya mereka masih asyik bergelung dalam selimut. Wajar, sih, mengingat betapa dinginnya cuaca pagi ini. Kalau tidak ingat tugasku mengurus rumah, mungkin aku akan meneruskan tidur di kasurku yang nyaman.
Aku meletakkan setangkup roti di atas piring tiga cowok itu. Jellal-nii menggumamkan terima kasih saat aku duduk di sampingnya. Aku menggigit ujung rotiku hati-hati sambil memandangi ponsel yang tergeletak di atas meja. "Lho? Hari ini kan...."
"Kenapa, Tiana?" Jellal-nii bertanya khawatir. Mungkin melihat dahiku tiba-tiba berkerut membuat insting abangnya bangkit. Aku menatap Jellal-nii. "Hari ini tanggal 14 kan?"
"Iya, memangnya kenap--Ah, aku ingat.... Apakah kau akan menyiapkannya sekarang?"
Aku mengangguk semangat. "Tentu saja! Tolong kasi tau yang lain ya, niichan!" Lalu aku melesat menuju ruang keluarga.
"Tiana! Aku sudah memesannya semalam! Mungkin siang nanti pesanannya datang!" teriak Jellal-nii.
Kuacuhkan Jellal-nii dan mulai membongkar kardus yang seingatku sudah seminggu bertengger di pojok ruangan. Kubongkar isinya dan mulai memilah kertas beraneka warna dan bentuk di dalamnya. Ah, pagi yang sibuk!
**
Sekitar dua jam kemudian, aku sudah selesai menyulap ruang keluarga menjadi tempat pesta kecil. Dengan bantuan Ren dan Tokiya, sih, sebenarnya. Setiap sudut ruangan penuh dengan kertas warna-warni dan balon. Benar-benar seperti pesta anak kecil. Hihihi....
Aku sedang sibuk mengatur makanan di atas meja saat bel berbunyi. Tokiya yang tadinya sibuk membantuku dengan sigap berlari ke pintu. Tak lama kemudian, ia kembali dengan menenteng sebuah kotak putih berpita. Tokiya menyerahkan kotak itu padaku. "Sisanya terserah padamu. Sepertinya mereka sudah tidak bisa menahannya lagi."
"Eeeh??? Aku masih perlu setengah jam lagi, nih! Tokiya, bantuin mereka, ya? Masa udah sejauh ini malah gagal? Yaa? Pleaaaaase......!"
Tokiya mengangguk pasrah. "Cuma setengah jam, kan? Akan kuusahakan sesuatu."
"Yaaay! Makasih, Tokiya!"
Dan aku kemudian berkutat dengan isi kotak putih itu. Melirik isinya, bibirku tak bisa berhenti tersenyum. Sedikit lagi persiapan selesai....
**
"Oi, oi, oi! Kalian dari tadi kenapa, sih? Kenapa aku tidak boleh turun? Aku belum menyapa my lady hari ini!"
Aku bisa mendengar suara Jinguji Ren dari arah tangga. Kelihatannya mereka gagal menahannya lebih lama lagi di atas. Untungnya, aku juga sudah selesai dengan persiapanku di sini. Tinggal menyeret tokoh utamanya ke dalam pesta!
Cepat-cepat kuhampiri gerombolan cowok di tangga. Jellal-nii mengangguk padaku. "Baik, baik! Sekarang kau sudah bisa menyapanya. Lihat? Itu dia."
Ren menoleh dan tersenyum cerah begitu melihatku. "Lady! Maaf aku terlambat bangun. Aku benar-benar payah karena tak bisa menyapamu tepat waktu."
"Nggak papa... Daripada itu, ikut aku yuk?" Tanpa menunggu jawaban, aku menarik lengan Ren. Bisa kurasakan dia terkejut dengan sikapku. Namun dia tak mengatakan apapun.
Saat sudah dekat dengan ruang keluarga, Ren terbelalak takjub. Ia bergantian melirikku dan sepupu-sepupuku. "Selamat ulang tahun, Ren!" Kami kompak berteriak.
Aku menyeret Ren supaya berdiri di depan kue ulang tahun. Ia menatap kue cokelat di hadapannya aneh. "Lady, bukannya bermaksud tidak sopan, tapi aku--"
"Tidak suka cokelat, kan? Tenang saja, itu dark chocolate kok. Nggak manis."
"Kalian... melakukan ini semua untukku? Hiasan ruangan, bahkan kue ulang tahun?" tanya Ren terharu. Kami mengangguk. "Sekali lagi, tanjoubi omedettou, Ren." Jellal-nii menjabat tangan Ren, lalu diikuti oleh Tokiya dan Ren. "Loh, Gray-kun mana?"
"Aku di sini!"
Kami semua serempak menoleh dan mendapati Gray membawa tumpukan kotak yang dibungkus rapi. Dia meletakkan tumpukan kotak itu di lantai lalu menyalami Ren. "Selamat, ya. Ini hadiah dari kami semua."
Pesta dimulai! Lagu dinyanyikan, lilin ditiup, dan kue dipotong. Ren memaksaku memakan suapan pertama darinya. Lalu, entah siapa yang memulai, krim kue sudah menempel di wajahku. Aku mengambil krim kue dan balas mencolek wajah Gray--karena hanya dia kandidat yang paling mungkin mencolek wajahku dengan krim.
Dalam kekacauan itu, aku menangkap tatapan lembut dari Ren yang seolah ingin mengucapkan terima kasih. Aku membalas tatapan itu dengan senyum.
Tanjoubi omedettou ne, Ren~ (14-02-2013)
[THE END]
No comments:
Post a Comment